Kasih itu sabar, murah
hati, tidak cemburu, tidak sombong, tidak melakukan hal yang tidak sopan,
tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak mencari-cari kesalahan, tidak
pemarah, dan kasih itu selalu menjaga kehormatan orang yang disayanginya.
Kebutaan itu hanya
dialami oleh orang-orang yang sedang di mabuk cinta, karena cinta itu sendiri
buta, ya.. seperti cinta yang kita alami, neng…
Neneng…
Kita sepertinya lupa
diri, kita selalu menikmati hari-hari yang kita lewati, ya… walaupun hari-hari
kita kadang tak seindah yang kita harapkan.
Neng…
Susah, senang, kecewa,
sedih, ataupun bahagia, selalu kita jalani dengan tabah --- asalkan kita tetap
bersama, itu sudah cukup bagi kita --- gila memang, tapi… itulah kita.
Neng…
Aku sering menggodamu
hingga kamu kesal, dan kamu pun kadang membuatku marah, namun kita dengan
mudahnya saling memberi maaf, walau kadang di antara kita tak ada yang mau
mengalah, tapi pada akhirnya kita melupakan ego kita masing-masing, dan… kita
berdua tersenyum.
Neneng … ingatkah kamu,
saat-saat kebersamaan kita itu?
Neng…
Walaupun perjumpaan
kita awalnya berkesan biasa-biasa saja, akan tetapi dari situlah semua cerita
tentang kita dimulai, ya… saat kita saling mencuri pandang, …tertunduk malu
ketika mata kita bertemu, dan kamu biasanya cemberut jika aku tersenyum padamu.
Neneng…
Aku sangat beruntung
sekali memilikimu --- kamu kadang mengorbankan waktu kursusmu untuk menemaniku
keliling pertokoan mencari-cari yang tak ada ditoko, di waktu senggangmu
menemaniku belajar, membaca buku, dan menghayal.
Neneng…
Aku bangga sekali
menjadi kekasihmu --- kamu lah kekasih yang memelukku kala aku rindu, kamu lah
kekasih yang memberi aku senyum kala letih melanda, ya… kamu lah kekasih yang
sakit hingga berhari-hari akibat menemani diriku berjalan kaki menyusuri kota
di tengah malam. Neng… aku merasa berdosa sekali waktu itu, dan untuk menebus
dosaku itu, aku tak mau beranjak dari sisimu terbaring, hingga kau dan ibumu
membujukku untuk pulang karena aku sudah dua hari tidak berada dirumah.
Neneng… kuingin kamu
tersenyum jika mengingat semua kenangan kita.
Neng…
Aku sampai sekarang
masih belum dapat mencerna kata-katamu “ kita dapat melayani tanpa mencintai,
tapi kita tak dapat mencintai tanpa melayani “. Itulah jawabmu jika aku
menanyakan kesibukanmu di PMR.
Neneng…
Itulah kamu, gadis yang
mempunyai hati yang terpuji, gadis yang teramat baik, yang perduli dengan
keadaan sekitarnya, yang selalu berusaha berbuat baik pada setiap orang, dan
gadis yang mempunyai senyum yang teramat manis dengan kesan yang bersahaja.
Neneng…
Aku sering
bertanya-tanya pada diri ini, apakah yang membuatmu begitu mencintaiku?
Menurutku banyak lelaki yang bisa memberikan lebih, jika saja kamu mau menerima
cinta mereka --- tetapi… mengapa kamu lebih memilih cintaku, yang tak lebih hanya
bisa memberikan ketulusan dan kejujuran cinta, yang hanya bisa mengajakmu makan
di warung bukan di lestoran, dan itu pun kadang kamu yang bayar, mengajakmu
pergi jalan-jalan dengan berdesak-desakan di bus kota, tak bisa memberikan
hadiah termahal jika kamu berulang tahun, mengapa ya… kamu mau menerima cintaku
ini?
Neng…
Tiap kali kutanyakan
itu padamu, kamu tersenyum dan selalu kamu jawab sama --- bahwa cinta itu
datangnya dari hati, senantiasa menerima dengan apa adanya, entah itu baik atau
buruk, cinta itu tidak memandang apa-apa, cinta itu tulus suci, dan dengan
cinta segala perbedaan dapat disatukan.
Neneng…
Setiap kali kamu jawab
begitu, aku merasa… akulah lelaki yang paling beruntung dimuka bumi ini.
Neng…
Banyak waktu dalam
hidup kita yang kita habiskan bersama dan di saat-saat kebersamaan kita itulah
aku merasakan arti cinta yang sesungguhnya, arti kebersamaan yang sebenarnya.
Neng…
Walau cinta kita hanya
berlandaskan kesetiaan, kejujuran, dan rasa saling percaya… namun kita mampu
menghadapi semua cobaan yang silih berganti datang menguji cinta kita, dan
hingga pada akhirnya kita tak dapat melawan keinginan ayahmu yang menjodohkanmu
dengan anak sahabatnya dan segera menikahkan dirimu.
Ya… waktu itu telah tiga
setengah tahun kita lepas dari sekolah, dan aku masih belum bekerja.
Neneng…
Aku ingat tatap matamu
ketika itu…
Tatap mata yang
membuatku merasa bersalah…
Neneng…
Maafkanlah diriku, jika
saat itu aku tak dapat berbuat apa-apa, bukan… bukan aku tak mencintaimu, tapi
keadaanlah yang membuat diri ini tak berdaya, sungguh !...
Neneng…
Akupun ingin hidup
denganmu, tetapi…
Neng…
Setelah pernikahanmu,
waktu kulalui tanpa ada dirimu lagi, aku tak sanggup lagi hidup dengan tiada
kamu disisiku, hari-hariku terasa sepi, sunyi dan hampa…
Aku tak tau lagi apa
yang harus aku lakukan dalam hidup… tanpa adanya dirimu --- aku tak tau lagi…
Oh… Neneng, betapa aku
teramat mencintaimu.
Diriku bagai berjalan
diatas awan… tertiup angin, melayang bagai kapas… terhempas.
Neneng…
Kini aku telah jauh
darimu, jauh dari kota kita, jauh dari tempat-tempat dimana kita pernah
bersama, memadu kasih, mengikat janji, dan melepas rindu.
Neneng…
Enam belas tahun sudah aku
pergi meninggalkan kota kita, menjalani hidup, memulai cerita-cerita baru,
menyusun kembali harapan dan impian yang pernah hancur, namun… jika malam
menjelang, rindu akan dirimu membayangi dan menggoda sendiriku.
Neneng… sepikah kamu
malam ini ?... aku kesepian...
Untuk
wanita tercantik dibawah sinar mentari…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar